Judul
: PERAN GURU PAI TERHADAP PERILAKU
KEAGAMAAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI NOMOR 04 KILOMETER
DELAPAN (KM 8) KECAMATAN KEMPAS
A. Latar Belakang
Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada
berbagai kebutuhan agar kelangsungan hidupnya dapat berjalan sebagai mana yang
diharapkan. Atas dasar kebutuhan itu, manusia melakukan berbagai kegiatan dalam
bentuk sikap dan perilaku agar dapat terpenuhi. Ada banyak pandangan yang
berkaitan dengan munculnya berbagai perilaku sebagai perwujudan dari aktifitas manusia.
Untuk itu dari generasi ke generasi ajaran islam selalu diajarkan dalam
berbagai konteks pendidikan masyarakat, keluarga dan di lembaga pendidikan formal
agar perilaku generasi siswa selalu selaras dengan nilai-nilai islam.
Perilaku
keagamaan berasal dari dua kata, perilaku dan keagamaan. Perilaku adalah gejala
(fenomena) dari keadaan psikologis yang terlahirkan dalam rangka usaha memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan. Keagamaan (agama) adalah segala yang
disyariatkan oleh Allah SWT. dengan perantaraan Rasulullah berupa perintah dan
larangan serta petunjuk kesejahteraan dalam hidup.
Banyak pandangan yang memberikan alasan tentang
terbentuknya perilaku yang pada umumnya didorong oleh adanya sikap hidup dan
dorong kebutuhan. Dari beberapa pandangan ini, tentang perilaku yang berawal
dari sikap hidup dan dorong kebutuhaan manusia.
Menurut Thomas F.O’Dea (1996:21) dalam Sosiologi
Agama mengatakan bahwa agama sangat berperan terhadap perilaku manusia dalam
kaitannya dalam pemaknaan hidup. Manusia membutuhkan jawaban terhadap berbagai
pertanyaan yang berkaitan dengan nasib, moralitas, keadilan penderitaan dan
kematian. Dalam hal ini manusia dalam posisi tidak berdaya dalam mencari
jawabannya sendiri dan agama dipandang dapat mamberikan jawaban terhadap
berbagai persoalan tadi. Dengan demikian agama akan menjadi sangat berpengaruh
dalam membentuk perilaku manusia.[1]
Perilaku keagamaan
seorang muslim adalah cerminan dari Islam yang utuh dan menyeluruh (nidhum syamil). Masyarakat pun
memahami hal ini, bahwa mereka kurang sependapat pada praktek keagamaan yang
timpang, misalnya melihat orang yang rajin shalat, puasa atau bahkan haji
sementara perilaku tidak menunjukkan keshalihan pribadinya atau jauh dari
ajaran agama.
Jika perilaku dilihat dari persefektif konsistennya
atau kedisiplinannya, maka ada tiga faktor yang mendorong munculnya perilaku.
1. Perilaku muncul jika ada pihak kedua yang secara
fisik disegani atau ditakuti sehingga seseorang harus melakukan atau tidak
melakukan suatu perbuatan.
2. Perilaku yang didasarkan kesadaran terhadap norma yang
harus ditaati
3. Perilaku yang disarkan pada dasar tertinggi akan
substansi dan hakikat dari suatu perilaku.
Maka, faktor yang ketiga inilah yang sebenarnya
merupakan peran guru yang berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam
kehidupan anak didik. Dalam konteks sekolah, peran guru serta peraturan tata
tertib yang ada sangat penting dan memungkinkan tumbuhnya perilaku keagamaan
dalam semua aspek kehidupan. Karna tujuan pendidikan agama adalah terwujudnya
keperibadian yang seluruh asfek-asfeknya merealisasikan atau mencerminkan
ajaran islam.[2]
Namun pada kenyataannya di SMP Negeri 04 KM. 8 Kec.
Kempas, masih banyak terlihat perilaku siswa yang bertentangan dengan tujuan
pendidikan agama itu sendiri.
Hal ini terlihat dengan gejala-gejala sebagai
berikut:
a. Siswa jarang mengucapkan salam bila bertemu dengan guru
dan teman
b. Adanya siswa yang mencoret kursi, meja, dinding, dan
pintu sekolah
c. Masih adanya siswa yang mengucapkan kata-kata yang
tidak sopan
d. Masih ada guru yang kurang memperhatikan perilaku
siswa yang tercela
Melihat penomena diatas, penulis tertarik untuk
melekukan penelitian yang berjudul “PERAN
GURU TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI NOMOR
04 KM. 8 KECAMATAN KEMPAS”.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa faktor-faktor yang menghambat perilaku keagamaan
siswa SMP Negeri 04 KM. 8 Kec. Kempas?
2. Bagaimana peran guru terhadap perilaku keagamaan
siswa SMP Negeri 04 KM. 8 Kec. Kempas?
C. Metode
Penelitaan
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 04 KM. 8 Kecamatan Kempas,
dan akan diperkirakan akan selesai dalam waktu 3 (tiga) bulan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek
dalam penelitian ini adalah guru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 04 KM. 8 Kecamatan Kempas.
Objek dalam
penelitian ini adalah perilaku keagaman siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 04 KM. 8 Kecamatan Kempas.
3. Populasi dan Sampel
Menurut
Sugiono yang diungkapkan oleh Ridwan, populasi adalah wilayah generilisasi yang
terdiri dari objek dan subjek yang menjadi kuantitas dan karaktristik yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.[3] Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh guru SMP Negeri 04 KM. 8 Kecamatan Kempas.
Sedangkan
sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sebagian sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini sampel tidak digunakan
karena populasinya sedikit.
4. Teknik pengumpulan data
a. Angket
Menurut Faisal,
angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada subjek/respoden penelitian.[4]
b. Dokumentasi
Dokumentasi
ialah rekaman peristiwa atau foto atau catatan yang lainnya yang berhubungan
dengan peristiwa.[5]
Dokumen yang dicari adalah data guru, dan data siswa.
c. Observasi
Observasi
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan, tekni ini bertujuan untuk mencari data
kepada responden untuk diteliti.
d. Wawancara
Wawancara
adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatakan seseorang yang ingin
memperoleh imformasi atau keterangan dengan cara mengajukan petanyaan-pertanyaan
sambil bertatap muka antara pewancara dengan responden.[6]
5. Teknik Analisis Data
Data dalam
penelitian ini dianalisa dan dideskripsikan dengan pola fikir induktif
deduktif. Selanjutnya data kualitatif akan diubah menjadi kuantitatif dengan
cara mempersentasekannya sesuai dengan frekuensi yang didapat:
Untuk mendapatkan frekuensi digunakan rumus:
P=F X 100
N
Keterangan:
P
= angka persentase
F
= frekuensi
N
= banyak individu.[7]
Sedangkan standar kategori yang digunakan
adalah:
81
– 100 kategori sangat baik
61
– 80 katagori baik
41
– 60 katagori kurang baik
21
– 40 kategori tidak baik
0 - 20 kategori
sangat tidak baik.[8]
DAFTAR PUSTAKA
Anas
Sudijono. 2008. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindi Persada.
Burhan Bugin. 2001. Metodologi penelitian kualitatif.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2002. Metodologi Penelitian Sosial, Format
Kuantatif dan Kualitatif. Surabaya: Erlangga Universita Press.
Djamaluddin Darwis. 2006. Dinamika Pendidikan Islam. Semarang: Rasail.
Nur Uhbiyati. 1996. Ilmu Pendidikan
Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Ridwan.2005. Mudah Belajar Penelitian Bagi Guru. Karyawan dan Penelitian. bandung:
Alfabeta.
2002. Skala Pengukur Variabel-variabel Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sanapiah Faisal. 2007. Format-Format Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[2]Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan
Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1996), hlm. 30.
[3]Ridwa, Mudah Belajar Penelitian Bagi Guru, Karyawan dan Penelitian, (Bandung:
Alfabeta, 2005), hlm. 10.
[4] Sanapiah
Faisal, Format-Format Penelitian,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 122-123.
[6]Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Sosial, Format Kuantatif dan Kualitatif, (Surabaya:
Erlangga Universita Press, 2002), hlm. 133.
[7] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,
(Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2008), hlm. 43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar