Rabu, 23 Mei 2012

MICRO TEACHING


MAKALAH  KELOMPOK

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MENGADAKAN
VARIASI / STIMULUS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Micro Teaching

DOSEN PENGAMPU: Drs. ERDI INDRA





DISUSUN OLEH 

    1. ABDUL WAHID
    2. DESI RATNA SARI
    3. MAHFUZAH
    4. YULIA OLVA
    5. SULAIMAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2011



PEMBAHASAN
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MENGADAKAN
VARIASI / STIMULUS

A. Pengertian

Variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran.[1] Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang unik.[2] Oleh karena itu, hidup selalu memerlukan variasi, perubahan yang membawa sesuatu yang baru. Variasi membuat hidup menjadi lebih bergairah, dinamis dan penuh harapan.[3]
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi maka akan meningkatkan perhatian siswa membangkitkan keinginan dan kemauan belajar, keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya dari pada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses dari pada produk.[4]
Jadi, keterampilan mengajar dengan bervariasi adalah merupakan perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan meningkatkan dorongan anak didik serta menghilangkan rasa kebosanan dalam belajar.[5]

B. Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditunjukkan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :
1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap Relevansi proses belajar mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang sangat di tuntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang diberikan guru. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan didalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Karena itu, guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi didalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seseorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didalam diri setiap siswa selama pengajaran berlangsung.
Dalam proses belajar mengajar dikelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya.
Bagi siswa selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru, karena didalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi intrinsic. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Disini peran guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Suatu kegiatan yang tidak bisa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negatif ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran kelas.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah  terlihat menggunakan metode yang lain. Misalnya metode diskusi, resitasi, tanya jawab, problem solving atau cerita.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa ingin selalu dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari disekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat disisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya guru mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Disela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
4. Memberikan Kemungkinan Pilihan dan Fasilitas Belajar Individual
Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar dikelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode, media dan pendekatan) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar. Tapi jika sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan varias mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna sebagai alat bantu pengajaran, fungsinya sebagai alat peraga. Sebagai sumber belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus guru lakukan.
5. Mendorong Anak Didik untuk Belajar
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan  yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegaitan belajar mengajar.
Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik adalah motivasi intrinsic yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya jarang ditemukan bahwa semua anak didik mempunyai motivasi intrinsic yang sama. Artinya setiap anak yang hadir dalam kelas selalu membawa motivasi yang berbeda.
Gejala adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disinilah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini, cara akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, maupun dalam interaksi guru dengan anak didik, ketiga komponen variasi mengajar sebagaimana di sebutkan diatas tentu saja menyeret kegiatan belajar anak didik kedalam berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif anak didik bergairah belajar.

C. Prinsip Penggunaan
Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah untuk suatu upaya bagaimana lingkungan yang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa.
Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah sebagai berikut
1. Dalam menampilkan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua untuk mencapai tujuan belajar.
2. Mengunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan.sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak,perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan di rencanakan oleh guru. Karena itumemerlukan penggunaan yang luwes, spotan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Biasanya bentuk umpan balik ada dua,yaitu :
a. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa.
b. Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
Demikian pembahasan mengenai prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar. Tinggal guru saja yng harus menggunakan secara tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar mengajar yang tercipta untuk mencapai tujuan,yaitu keberhasilan belajar mengajar dari segi proses maupun produk.

D. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam mengajar guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan siasana kelas yang konditif dalam waktu relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran kurang menjadi efektif, efesiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu, disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metoda tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik permecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.[6]

E. Komponen-Komponen Variasi Mengajar
Pada uraian terdahulu telah disinggung bahwa komponen-komponen variasi mengajar iti bibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu variasi gaya mengajar, variasi media, dan bahan, serta variasi interaksi. Uraian yang mendalam dari ketiga komponen tersebut adalah berikut.[7]
1. Variasi Gaya Mengajar
Variasi ini pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan, dan variasi perpindahan kondisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevansi dengan hasil belajar.
Variasi dalam gaya belajar mengajar ini adalah sebagai berikut.

a. Variasi suara
Guru harus mampu mengatur suara kapan ia harus mengeraskan suara, dan kapan ia harus melemahkan suaranya. Melalui intonasi dan pengaturan suara yang baik dapat membuat siswa bergairah dalam belajar. Oleh karena itu guru dapat memvariasikan suaranya dari :
1. Besar ke kecil
2. Tinggi ke rendah
3. Cepat ke lambat
4. Nada sedih ke nada gembira.[8]
b. Pemusatan perhatian
Memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh untuk memfokuskan perhatikan siswa. Misalnya dengan mengajak siswa untuk memperhatian sesuatu untuk bersama-sama melalui kalimat : “coba anda perhatikan dengan seksama bagain ini…!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menujukan dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis.

c. Kesenyapan
Kadang ketika guru sedang asyik berbicara suasana kelas agak terganggu. Ada siswa yang mengantuk, berbicara atau bermain dngan temannya, atau mungkin ada yang sibuk sendiri. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menerapkan “kenseyapan” yaitu diam sejenak sambil memandang siswa yang sedang sibuk sendiri.
Kesenyapan dapat pula di munculkan ketika guru mengajukan pertayaan dengan tujuan memberi waktu berpikir kepada siswa. Setelah diam beberapa saat, barulah guru menujuk siswa yang akan diminta menjwab pertayaan tersebut.
d. Mengadakan kontak pandang
Kontak pandang dengan seluruh siswa merupakan salah satu senjata ampuh bagi guru dalam mengajar. Memandang seluruh siswa ketika mulai berbicara dan kemudian memandang siswa tertentu dengan tujuan mengacak pemahamannya memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban hubungan antara guru dan siswa dalam mengajar.


e. Gerakan badan dan mimik
Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif. Mimik dan gerakan badan yang dapat di variasikan antara lain :
1. Ekspresi wajah
2. Gerakan kepala
3. Gerakan tangan
4. Gerakan bahu
5. Gerakan badan secara keseluruhan
f. Perubahan dalam posisi guru
Posisi guru ketika mengajar didalam kelas juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar. Guru dapat memvariasikan posisinya secara wajar, misalnya : berdiri didepan kelas. Perubahan posisi guru harus dilakukan dengan niat terbuka serta terkesan wajar dan tidak dibuat-buat.[9]
2. Variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
Interaksi selalu berkaitan dengan istilah komunikasi / hubungan. Dalam dunia pendidikan, interaksi pembelajaran disebut juga dengan istilah interaksi edukatif.[10]
Dalam variasi keterampilan mengajar guru harus mampu menciptakan interaksi edukatif yang bervariasi. Adapun variasi interaksi pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Pola interaksi 1 arah
b. Pola interaksi 2 arah
c. Pola interaksi muti arah
3. Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Dalam proses pembelajaran penggunaan variasi pembelajaran perlu diperhatikan karena berhasil tidaknya penggunaan media pembelajaran yang bervariasi tergantung pada pendidikan dalam pengelolaannya. Ada beberapa jenis media pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses pengajaran, yaitu :
a. Media grafis
b. Media 3 dimensi
c. Media proyeksi
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.[11]
4. Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan sarana bagi pendidikan untuk mentransfer ilmu kepada peserta didik. Metode pembelajaran dapat menunjang berhasilnya seorang pendidik mencapai tujuan pendidikan. adapun macam-macam metode pembelajaran yang dapat divariasikan diantaranya, adalah :
a. Metode ceramah
b. Metode tanggung jawab
c. Metode diskusi
d. Metode problem solving
e. Metode Demonstrasi.[12]




Ø  KESIMPULAN
Dalam keterampilan dasar mengajar bervariasi stimulus dapat dibagi menjadi tiga bagian
1. Variasi dalam gaya mengajar
2. Variasi dalam menggunakan median dan bahan pengajaran
3. Variasi dalam interaksi antara guru dan siswa
Keterampilan variasi lebih luas penggunaannya dari pada keterampilan lainnya karena merupakan keterampilan campuran. Dalam menggunakan keterampilan mengajar bervariasi guru bisa menggunakan berbagai variasi atau satu variasi, jadi keterampilan mengajar bervariasi merupakan perubahan kegiatan yang bertujuan meningkatkan, dorongan-dorongan anak didik serta menghilangkan rasa bosan.
Penggunaan variasi ditunjukan kepada siswa dalam memotivasi belajar siswa.
1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap pembelajaran
2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
4. Memberikan fasilitas belajar bagi siswa
5. Menolong anak didik untuk belajar.





DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 1997
Djalil, Aria. Pembelajaran Kelas Rangkap. Universitas Terbuka. 2001
Hasibuan & Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya offset. 2008
Kusnadi. Profesi dan Etika Keguruan. Pekanbaru Riau : Yayasan Pusaka Riau. 2011
Mansyur. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Direktorat Jendral pembinaan kelembagaan Agama Islam. 1996
Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana. 2008
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007
Soetomo. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : usaha offset printing. 1993
Sudjana, Nana. Media Pembelajaran. Bandung : sinar Baru Algensindo. 2002
Winataputra, Udin S. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. 2002
Wardani. Pemantapan kemampuan Mengajar, Universitas Terbuka. 2002
Winataputra, Udin S. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka. 2005
Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2006
Zurairini dkk. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha offset printing : 1993





[1]Dr. Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2008) hlm._
[2]Mansyur. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1996). Hlm_
[3]Drs. H. Udin S, Winataputra, M.A. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Universitar Terbuka, 2002) hlm_
[4]Drs. Asuan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006).
[5]Dr. Kusnadi, M.Pd, Profesi dan Etika Keguruan  (Pekanbaru-Riau : Yayasan Pusaka Riau, 2001)
[6]Udin, S. winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2005) hlm_
[7]Aswan Zain. Op., Cit, hlm. 167
[8]Wardani, Pemantapan Kemampuan Mengajar, (PKM) ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2002) hlm_
[9]H. Udin S. Winataputra,  M.A dkk. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2001) Hlm_
[10]Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya : Usaha Offset printing, 1993) hlm_


[11]Sudzana Nana, Media Pembelajaran (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2002) hlm. 6
[12]Zuraikini, dkk, Metodhek Khusus Pendidikan Agama (Surabaya : Usaha  offset printing, 1983)  hlm. 82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar