MAKALAH KELOMPOK
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
MENGADAKAN
VARIASI / STIMULUS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Micro
Teaching
DOSEN
PENGAMPU: Drs. ERDI INDRA
DISUSUN
OLEH
1. ABDUL WAHID
2. DESI RATNA SARI
3. MAHFUZAH
4. YULIA OLVA
5. SULAIMAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2011
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MENGADAKAN
VARIASI / STIMULUS
A. Pengertian
Variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk
menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan,
sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah dan
berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran.[1] Variasi dapat berwujud
perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat
untuk memberikan kesan yang unik.[2] Oleh karena itu, hidup
selalu memerlukan variasi, perubahan yang membawa sesuatu yang baru. Variasi
membuat hidup menjadi lebih bergairah, dinamis dan penuh harapan.[3]
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar
mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi
dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi
antara guru dan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam
penggunaannya atau secara integrasi maka akan meningkatkan perhatian siswa
membangkitkan keinginan dan kemauan belajar, keterampilan dalam mengadakan
variasi ini lebih luas penggunaannya dari pada keterampilan lainnya, karena
merupakan keterampilan campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang
lain. Misalnya, variasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi
pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru
dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan
berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa,
siswa-guru, dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses dari pada produk.[4]
Jadi, keterampilan mengajar dengan bervariasi adalah
merupakan perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan meningkatkan dorongan
anak didik serta menghilangkan rasa kebosanan dalam belajar.[5]
B. Tujuan
Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditunjukkan terhadap
perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi
dimaksud adalah :
1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap
Relevansi proses belajar mengajar
Dalam
proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang sangat
di tuntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang
memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak
mengerti akan bahan yang diberikan guru. Tercapainya tujuan pembelajaran
tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan
dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran adalah terjadinya perubahan didalam diri siswa. Jadi, perhatian
adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan
pembelajaran.
Karena itu,
guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya
motivasi
Motivasi
memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar
dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi didalam dirinya. Bahkan tanpa
motivasi, seseorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu,
guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak
didalam diri setiap siswa selama pengajaran berlangsung.
Dalam
proses belajar mengajar dikelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang
sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa
menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak
menyenanginya.
Bagi siswa
selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi
guru, karena didalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi
intrinsic. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri
memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Disini
peran guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi
sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang
menentukan arah perbuatan dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Suatu
kegiatan yang tidak bisa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang
kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negatif ini tidak hanya terjadi pada
siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh
guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan
lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi
pelajaran kelas.
Kurang
senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru
yang kurang bervariasi. Gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya, hanya menggunakan
metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak
pernah terlihat menggunakan metode yang
lain. Misalnya metode diskusi, resitasi, tanya jawab, problem solving atau
cerita.
Guru yang
bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati
siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa ingin selalu
dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari disekolah tidak jarang
dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat disisi guru. Guru seperti
itu biasanya karena gaya guru mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan
psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar
siswa. Disela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang
edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
4. Memberikan Kemungkinan Pilihan dan Fasilitas Belajar
Individual
Sebagai
seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung
tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru
tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan
terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain yang juga
diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai
pendekatan dalam mengajar dikelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut
(metode, media dan pendekatan) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan
variasi mengajar. Tapi jika sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan
varias mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Fasilitas
merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna
sebagai alat bantu pengajaran, fungsinya sebagai alat peraga. Sebagai sumber
belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak pernah guru lupakan.
Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus guru
lakukan.
5. Mendorong Anak Didik untuk Belajar
Menyediakan
lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik
kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut
interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu
belajar hingga berakhirnya kegaitan belajar mengajar.
Belajar
memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik adalah motivasi intrinsic
yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya
jarang ditemukan bahwa semua anak didik mempunyai motivasi intrinsic yang sama.
Artinya setiap anak yang hadir dalam kelas selalu membawa motivasi yang
berbeda.
Gejala
adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak harus
terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disinilah
diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang
mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini,
cara akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar, baik
dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, maupun dalam
interaksi guru dengan anak didik, ketiga komponen variasi mengajar sebagaimana
di sebutkan diatas tentu saja menyeret kegiatan belajar anak didik kedalam
berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif anak didik
bergairah belajar.
C. Prinsip
Penggunaan
Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa
adalah yang menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak
lain adalah untuk suatu upaya bagaimana lingkungan yang tercipta itu
menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa.
Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu
adalah sebagai berikut
1. Dalam menampilkan keterampilan variasi sebaiknya
semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan
komponen untuk tiap jenis variasi. Semua untuk mencapai tujuan belajar.
2. Mengunakan variasi secara lancar dan
berkesinambungan.sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak
rusak,perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar
terstruktur dan di rencanakan oleh guru. Karena itumemerlukan penggunaan yang
luwes, spotan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Biasanya
bentuk umpan balik ada dua,yaitu :
a. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian
dan keterlibatan siswa.
b. Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan
pelajaran.
Demikian pembahasan mengenai
prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar. Tinggal guru saja yng harus
menggunakan secara tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar mengajar
yang tercipta untuk mencapai tujuan,yaitu keberhasilan belajar mengajar dari
segi proses maupun produk.
D. Pendekatan
Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak
didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik
yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu
sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam mengajar guru yang hanya menggunakan satu
metode biasanya sukar menciptakan siasana kelas yang konditif dalam waktu
relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas sulit menormalkannya
kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar.
Akibatnya, jalannya pelajaran kurang menjadi efektif, efesiensi dan efektivitas
pencapaian tujuan pun jadi terganggu, disebabkan anak didik kurang mampu
berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat
diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metoda
tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa
metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam.
Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga
diperlukan variasi teknik permecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya
pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk
kepentingan pengajaran.[6]
E. Komponen-Komponen
Variasi Mengajar
Pada uraian terdahulu telah disinggung bahwa
komponen-komponen variasi mengajar iti bibagi kedalam tiga kelompok besar,
yaitu variasi gaya mengajar, variasi media, dan bahan, serta variasi interaksi.
Uraian yang mendalam dari ketiga komponen tersebut adalah berikut.[7]
1. Variasi Gaya Mengajar
Variasi ini pada dasarnya
meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan, dan variasi perpindahan
kondisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu
yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevansi dengan
hasil belajar.
Variasi dalam gaya belajar
mengajar ini adalah sebagai berikut.
a. Variasi suara
Guru harus mampu mengatur
suara kapan ia harus mengeraskan suara, dan kapan ia harus melemahkan suaranya.
Melalui intonasi dan pengaturan suara yang baik dapat membuat siswa bergairah
dalam belajar. Oleh karena itu guru dapat memvariasikan suaranya dari :
1. Besar ke kecil
2. Tinggi ke rendah
3. Cepat ke lambat
4. Nada sedih ke nada gembira.[8]
b. Pemusatan perhatian
Memusatkan perhatian siswa
pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh untuk memfokuskan
perhatikan siswa. Misalnya dengan mengajak siswa untuk memperhatian sesuatu
untuk bersama-sama melalui kalimat : “coba anda perhatikan dengan seksama
bagain ini…!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan
anggota badan yang dapat menujukan dengan jari atau memberi tanda pada papan
tulis.
c. Kesenyapan
Kadang ketika guru sedang
asyik berbicara suasana kelas agak terganggu. Ada siswa yang mengantuk,
berbicara atau bermain dngan temannya, atau mungkin ada yang sibuk sendiri.
Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menerapkan “kenseyapan” yaitu diam sejenak
sambil memandang siswa yang sedang sibuk sendiri.
Kesenyapan dapat pula di
munculkan ketika guru mengajukan pertayaan dengan tujuan memberi waktu berpikir
kepada siswa. Setelah diam beberapa saat, barulah guru menujuk siswa yang akan
diminta menjwab pertayaan tersebut.
d. Mengadakan kontak pandang
Kontak pandang dengan
seluruh siswa merupakan salah satu senjata ampuh bagi guru dalam mengajar.
Memandang seluruh siswa ketika mulai berbicara dan kemudian memandang siswa
tertentu dengan tujuan mengacak pemahamannya memberi perhatian khusus,
mencerminkan keakraban hubungan antara guru dan siswa dalam mengajar.
e. Gerakan badan dan mimik
Mimik dan gerakan badan
merupakan alat komunikasi yang efektif. Mimik dan gerakan badan yang dapat di
variasikan antara lain :
1. Ekspresi wajah
2. Gerakan kepala
3. Gerakan tangan
4. Gerakan bahu
5. Gerakan badan secara keseluruhan
f. Perubahan dalam posisi guru
Posisi guru ketika mengajar
didalam kelas juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar. Guru dapat
memvariasikan posisinya secara wajar, misalnya : berdiri didepan kelas. Perubahan
posisi guru harus dilakukan dengan niat terbuka serta terkesan wajar dan tidak
dibuat-buat.[9]
2. Variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
Interaksi selalu berkaitan
dengan istilah komunikasi / hubungan. Dalam dunia pendidikan, interaksi
pembelajaran disebut juga dengan istilah interaksi edukatif.[10]
Dalam variasi keterampilan
mengajar guru harus mampu menciptakan interaksi edukatif yang bervariasi.
Adapun variasi interaksi pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Pola interaksi 1 arah
b. Pola interaksi 2 arah
c. Pola interaksi muti arah
3. Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Dalam proses pembelajaran
penggunaan variasi pembelajaran perlu diperhatikan karena berhasil tidaknya
penggunaan media pembelajaran yang bervariasi tergantung pada pendidikan dalam pengelolaannya.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses
pengajaran, yaitu :
a. Media grafis
b. Media 3 dimensi
c. Media proyeksi
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.[11]
4. Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan
sarana bagi pendidikan untuk mentransfer ilmu kepada peserta didik. Metode
pembelajaran dapat menunjang berhasilnya seorang pendidik mencapai tujuan
pendidikan. adapun macam-macam metode pembelajaran yang dapat divariasikan
diantaranya, adalah :
a. Metode ceramah
b. Metode tanggung jawab
c. Metode diskusi
d. Metode problem solving
e. Metode Demonstrasi.[12]
Ø KESIMPULAN
Dalam keterampilan dasar mengajar bervariasi stimulus dapat
dibagi menjadi tiga bagian
1. Variasi dalam gaya mengajar
2. Variasi dalam menggunakan median dan bahan
pengajaran
3. Variasi dalam interaksi antara guru dan siswa
Keterampilan
variasi lebih luas penggunaannya dari pada keterampilan lainnya karena
merupakan keterampilan campuran. Dalam menggunakan keterampilan mengajar
bervariasi guru bisa menggunakan berbagai variasi atau satu variasi, jadi
keterampilan mengajar bervariasi merupakan perubahan kegiatan yang bertujuan
meningkatkan, dorongan-dorongan anak didik serta menghilangkan rasa bosan.
Penggunaan
variasi ditunjukan kepada siswa dalam memotivasi belajar siswa.
1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap
pembelajaran
2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya
motivasi
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
4. Memberikan fasilitas belajar bagi siswa
5. Menolong anak didik untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 1997
Djalil, Aria. Pembelajaran Kelas Rangkap. Universitas Terbuka. 2001
Hasibuan & Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya offset.
2008
Kusnadi. Profesi
dan Etika Keguruan. Pekanbaru Riau : Yayasan Pusaka Riau. 2011
Mansyur. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Direktorat Jendral pembinaan kelembagaan Agama
Islam. 1996
Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta : Kencana. 2008
Sardiman. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007
Soetomo. Dasar-dasar
Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : usaha offset printing. 1993
Sudjana, Nana. Media Pembelajaran. Bandung : sinar Baru Algensindo. 2002
Winataputra, Udin S. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. 2002
Wardani. Pemantapan kemampuan Mengajar,
Universitas Terbuka. 2002
Winataputra, Udin S. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Universitas Terbuka. 2005
Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2006
Zurairini dkk. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha offset printing
: 1993
[1]Dr. Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Kencana, 2008) hlm._
[2]Mansyur. Strategi
Belajar Mengajar ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, 1996). Hlm_
[3]Drs. H. Udin S, Winataputra, M.A. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta :
Universitar Terbuka, 2002) hlm_
[4]Drs. Asuan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2006).
[5]Dr. Kusnadi, M.Pd, Profesi dan Etika Keguruan (Pekanbaru-Riau : Yayasan Pusaka Riau, 2001)
[6]Udin, S. winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2005)
hlm_
[7]Aswan Zain. Op., Cit, hlm. 167
[8]Wardani, Pemantapan
Kemampuan Mengajar, (PKM) ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2002) hlm_
[9]H. Udin S. Winataputra, M.A dkk. Strategi
Belajar Mengajar ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2001) Hlm_
[11]Sudzana Nana, Media Pembelajaran (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2002) hlm. 6
[12]Zuraikini, dkk, Metodhek Khusus Pendidikan Agama (Surabaya : Usaha offset printing, 1983) hlm. 82
Tidak ada komentar:
Posting Komentar